Rencana tuhan
memanglah sangat indah. Ketika pertemuan itu menjadi sebuah pilihan ,
perpisahanpun akan datang untuk menjemputnya.
Tidak seharusnya hati menolak pada sebuah perpisahan yang telah menjadi
warna-warni kehidupan. Tak layak pula jasamani merongrong ingin menghindar pada
perpisahan, Hanya saja ketakutan yang menyelimuti jikalau perpisahan ini
memanglah perpisahan yang terakhir dan berujung tak akan bertemu kembali.
Titah-titah
kehidupan telah terangkai indah dengan kenangan bersama. Getir yang menggelitik
hati pun telah menyatu mewarnai oase perjalanan kita. Tak peduli seberapa lama
aku mengarungi sebagian kisahku. Acuh akan menjadi pilihan terbaik untuk ujung
kisah ini. Kisahku tak akan pernah menjadi sempurna tanpa ada kalian yang
mewarnainya. Cintaku pun tak akan membiru jika aku tak memaknainya. Air mataku
tak akan pernah menetes saat lezatnya kepahitan itu telah ku telan.
Pertanyaan itu
menyelimuti kegundahan hatiku saat ini. Tidak tau sampai kapan pertanyaan itu
berhenti dalam benakku. menerobos ruang-ruang kosong kefanaan hidup yang kian
hari semakin menyata. Pahit dan manis telah menyatu di kalbuku dan menusuk
sendi-sendi tulangku. Apakah memang ini harus tetap terjadi?
Tidak ada yang
patut di salahkan saat hati telah bicara. Hati kecil ingin berkata tidak tapi tindakan
tidak pernah bisa mengiringinya. Aku pun tau banyak noktah-noktah hitam yang
telah mendarah di tubuhku. Semua itu ingin ku tampik tapi hanya hatikulah yang
sanggup menampiknya bukan diriku yang nyata ini.
Menyakiti itu
memang mudah tapi mencoba untuk memperbaikinya itu hal yang susah. Tersakiti aku
pun takut merasakanya. Hakikatnya aku tidak ingin menyakiti tapi aku pun terus
melakukanya berulang kali tanpa pernah merasakan apa yang orang lain rasakan. Apa
ini ketidak sekawanan dalam berteman, aku ragu memaknainya.