Sinarnya matahari yang kilau menyinari wajahku
Desir angin berhembus menyilakan hijab suciku
Penungguan itu menemani gurat hatiku
Rel kereta api jadi tatapanku
Sebuah sms datang silih berganti
Menemani penantian tak kunjung pergi
Jarum jam terus meniti
Kapankah si ular besi datang menghampiri?
Desak kerumunan wajah menggeromboli
Sentuhan tangan-tangan kecil berganti
Terlihat keindahan di siang hari
Menyambut niat baik untuk silaturahmi
Kak Ila yang baik hatinya
Doaku. . . .
Doamu. . .
Doanya. . .
Doaku. . .
Ku panjatkan hanya pada-Mu
Ku serahkan hatiku pada cinta-Mu
Ku titipkan diriku pada kesempurnaan-Mu
Engkau hapuskan kesalahanku dengan Ridho-Mu
Engkau hilangkan syirik kecilku akan dunia-Mu
Engkau tauhidkan aqidahku akan Keesaan-Mu
Engkau lapangkan pikiranku akan ilmu-Mu
Sampai kapan kau harus berpura-pura dengan kenyataan yang ada? Sampai kapankah kamu mengingkari khayalan itu dengan kenyataan? Sedikit mengertikah engkau denganku? Apakah hanya sekedar permainan hidup belaka yang sengaja kamu buat?
Permainan yang kau buat berakhir dengan sempurna. Beribu tepuk tangan aku khususkan dengan hebatnya permainanmu. Harusnya tak heran dengan itu! Sadarkah kau hancurkan khayalan-khayalan indahku?
Kelembutan itu ingin aku dapatkan dan rasakan. Tidak hanya dalam mimpi-mimpi indah tapi dengan realita. Hancurkan saja semuanya hingga bekasnya pun tak ada. ratakan saja dunia dengan puing-puing hitam yang kau buat.
Tiba-tiba muncul kemarahan yang menyesak dalam dada ini. Kemarahan akan semua yang terjadi. Rasa tidak bersyukur pun muncul dalam memori-memori kehidupanku. Tidak terima dengan ini dan itu. Seakan-akan cobaan terus menghadangku dan menghalangiku untuk mendapatkan kebahagiaan. Hatiku terus memberontak. Kenapa semua harus terjadi pada diriku ini?
Hari demi hari aku lalui tanpa kebahagiaan yang menyelimuti. Apakah ini hanya sebuah firasat belaka atau memang hati ini tak ingin menerima yang ada? apa ini sebuah cobaan hidup atau hanya permainan dunia saja? Sungguh bagaimana ku hadapi ini semua!
Indah ketika di dengar
Tenang ketika di baca
Tentram ketika di rasa
Ku awali hari dengannya
Ku lakukan tiap kegiatan bersamanya
Ku nikmati dunia dengan keagunganya
Ku alirkan cintaku pada keindahan lafadznya
Setiap orang membacanya
Memujinya
Mengagungkannya
Merasakan kerinduanya
Aku duduk di temani dengan kesepian. Menerobos ruang-ruang waktu yang telah berlalu. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Mataku mengitari tiap sudut-sudut ruang kosong itu. Yah, terlintas memori-memori buruk itu di kepalaku.
Aku tidak tau harus memulai darimana. Aku pun juga tak tau mengisyaratkanya dengan apa. Sosok-sosok jahat melewati tiap keping pikiranku. Aku bukanlah seorang yang menghadapi tiap permasalahan dengan amarah. Aku pun bukan seorang yang suka berdebat tentang sesuatu yang tidak penting yang berujung dalam pertengkaran. Aku tidak suka itu semua.
Terkadang kita tak sadar betapa banyak anugrah yang Sang Kholik berikan pada kita. Terkadang juga kita tak sadar bahwa kenikmatan itu terkufurkan karena perbuatan-perbuatan kita. Dan terkadang kita pun tak sadar bahwa kenikmatan telah di depan mata kita.
Ku telusuri jalan-jalan terjal. Kuhadapi kerikil-keril kecil menghadangku. Ku sapu dengan butir keikhlasan. Ku warnai dengan tiang kesabaran. Ku maknai dengan cobaan. Cukup Allah lah yang menjagaku.
Cukupkanlah cinta kasihmu menjadi penawar rinduku. Cukupkanlah kuasamu menjadi semangat bagiku. Cukupkanlah lathifmu menjadi ujung penguatku. Cukupkanlah ilmumu menjadi asas pemahamanku. Dan cukupkanlah hatiku pada penjagaanmu.
Entah berapa tahun Beliau mengajarku? Entah berapa Beliau mendidikku? Entah berapa banyak ilmu Beliau salurkan padaku? Entah berapa kata-kata bijaksana yang telah menghipnotisku? Dan Entah berapa ratus cerita-cerita berharga yang telah mendorong semangatku? Dan entah berapa ribu kebaikan yang telah Beliau berikan padaku?
Cara mengajari yang membuat hati nurani tergerak untuk belajar. Cara bersikap yang membuat diri ini malu jika berbuat kesalahan. Cara berbicara yang membuat diri ini terbungkam ketika mendengarnya. Semua telah membuatku belajar apa arti dari sebuah kebaikan.
Kenapa harus engkau yang kukenal? Kenapa harus engkau yang kutau? Kenapa harus engkau yang datang? Kenapa harus engkau yang di sana bukan di sini? Kenapa harus engkau yang konyol yang ada? kenapa harus engkau semuanya… Ku pungkiri semuanya yang ada. ku telak apa yang di katakan orang. Ku tangkis tiap ocehan-ocehan orang. Ku sapa ocehan dengan wajah periang bak tak ada guratan kesedihan terpancar. Gurat hati meronta-ronta kenapa harus bertemu dengan sosok kamu. Jantung hati meledak-ledak kenapa hanya ada kamu yang ada.