Rencana tuhan
memanglah sangat indah. Ketika pertemuan itu menjadi sebuah pilihan ,
perpisahanpun akan datang untuk menjemputnya.
Tidak seharusnya hati menolak pada sebuah perpisahan yang telah menjadi
warna-warni kehidupan. Tak layak pula jasamani merongrong ingin menghindar pada
perpisahan, Hanya saja ketakutan yang menyelimuti jikalau perpisahan ini
memanglah perpisahan yang terakhir dan berujung tak akan bertemu kembali.
Titah-titah
kehidupan telah terangkai indah dengan kenangan bersama. Getir yang menggelitik
hati pun telah menyatu mewarnai oase perjalanan kita. Tak peduli seberapa lama
aku mengarungi sebagian kisahku. Acuh akan menjadi pilihan terbaik untuk ujung
kisah ini. Kisahku tak akan pernah menjadi sempurna tanpa ada kalian yang
mewarnainya. Cintaku pun tak akan membiru jika aku tak memaknainya. Air mataku
tak akan pernah menetes saat lezatnya kepahitan itu telah ku telan.
Pertanyaan itu
menyelimuti kegundahan hatiku saat ini. Tidak tau sampai kapan pertanyaan itu
berhenti dalam benakku. menerobos ruang-ruang kosong kefanaan hidup yang kian
hari semakin menyata. Pahit dan manis telah menyatu di kalbuku dan menusuk
sendi-sendi tulangku. Apakah memang ini harus tetap terjadi?
Tidak ada yang
patut di salahkan saat hati telah bicara. Hati kecil ingin berkata tidak tapi tindakan
tidak pernah bisa mengiringinya. Aku pun tau banyak noktah-noktah hitam yang
telah mendarah di tubuhku. Semua itu ingin ku tampik tapi hanya hatikulah yang
sanggup menampiknya bukan diriku yang nyata ini.
Menyakiti itu
memang mudah tapi mencoba untuk memperbaikinya itu hal yang susah. Tersakiti aku
pun takut merasakanya. Hakikatnya aku tidak ingin menyakiti tapi aku pun terus
melakukanya berulang kali tanpa pernah merasakan apa yang orang lain rasakan. Apa
ini ketidak sekawanan dalam berteman, aku ragu memaknainya.
Mimpi yang telah
tertunda itu telah menjadi jalan terang bagiku. Allah memang tidak pernah
menghalangi niatku untuk mencari ilmu. Jalan itu selalu ada dan titik terang
itu pun mulai nyata. Mimpi yang telah di tunggu 6 tahun sudah telah menjadi
nyata walaupun mimpi itu tidak bisa sempura seperti yang kita teorikan.
Maghrib, Negri
dimana bangunan mimpiku telah sampai pada peraduanya. Negri dimana pengarang
Alfiah Imam Malik ini sangat masyhur kealimanya. Negri yang mayoritas
penduduknya menggunakan madzhab maliki sebagai dasar hukumnya. Kitab Alfiah
yang sudah tidak di ragukan orang mengetahuinya dan mempelajarinya.
Awalnya timbul
keraguan untuk membuka mimpi yang telah tertunda itu menjadi kenyataan. Keraguan
adanya karena aku harus di hadapkan 2 kondisi yang berlawanan. Kitab-kitab
kuliah yang harus aku baca untuk memahaminya dengan menuai mimpi itu menjadi
kenyataan di negri Imam malik ini. Ternyata Allah memang telah merencanakan sesuatu yang indah di dalam
skenario untuk hambanya. Ini lebih indah seperti yang di bayangkan.
Di waktu yang
tidak terbayangkan, mataku menyusuri sekeliling yang di dalamnya tak lain
sedang mengkaji kitab Alfiah. Pengajaran Alfiah yang menggunakan bahasa pertiwi
membuat lebih mudah di pahami dan di mengerti membuatku tertarik ingin masuk
kedalamnya. Tanda Tanya yang ada: “ Apakah aku bisa menjadi bagian dari mereka?”.
Sungguh terdiam seribu bahasa apakah memang ini jawaban dari semua keinginan?
Alfiah adalah ilmu yang mempelajari tentang nahwu dan shorof. Nahwu yang
berhubungan dengan berubahnya akhir kalimat di sebabkan amil yang masuk dan
sholrof adalah perubahan bentuk kata yang satu ke kata yang lain yang di
jadikan dalam peyesuaian kalimat.
Alfiah adalah nama kitab yang selama ini aku dambakan untuk
mempelajarinya. Tidak tau rasa itu mulai dari kapan. Sejak menjadi santri di
kelas 4 rasa ingin tahuku semakin menjadi-jadi. Padahal kalau di bilang tau
kitabnya pun aku tidak mengetahuinya. Hanya saja guru-guruku selalu berkata “
Jikalau kalian ingin serius belajar ilmu nahwu alangkah baikny kalian pernah
tahu dan belajar ALFIAH”.
Sifat
keingintahuan ini yang menjadikanku terus mencari dan mencari. Aku beranikan
diriku untuk meminjam kitab pada guruku. Yah,
aku mendapatkan dua buah kitab, satu di syarahi oleh Imam Malik dan satu
di syarahi oleh Ibnu Aqil. Tapi keingintahuan ini tak cukup ketika lembar demi
lembar alfiah aku baca dan pahami, Gumamku dalam hati “ Kitab ini begitu Simple
dan Komplit dari perbaitnya tapi mengapa aku semakin susah memahaminya?”.
Idul Adha adalah
hari raya kurban bagi orang muslimin. Dan orang muslim yang ingin berkurban
maka berkurbanlah seperti di jelaskan ayat Al Quran Al Kautsar ayat 2. Berkurban
yakni menyembelih binatang ternak yang di niatkan semata-mata karena Allah Ta’ala.
Maroko, Idul
Adha memang terasa berbeda dengan di Indonesia di sebabkan karena Indonesia
dengan maroko mempunyai kebudayaan yang berbeda. Dari mulai cara dan sistem berkurban
berbeda.
Di Indonesia berbeda
pula dengan maroko. Indonesia hari raya kurban tidah seramai Hari Raya fitri. Ketika
hari raya fitri jalan, tempat di penuhi warga dengan berbagai kesibukan untuk mempersiapkan
apa-apa menjelang hari fitri. Tapi ketika hari raya kurban nampak lebih sepi
dari Hari fitri.
Aku memang tak pantas mengabaikan kepercayaanmu padaku begitu saja. Aku salah yang terlalu banyak berucap dan bertingkah. Bukanlah hal mudah memang kamu membuka beban hatimu pada orang lain tapi kenapa aku meremahkan semua itu? Maafkan aku yang terlalu banyak menuntut dengan beribu banyak pertanyaan terucap.
Menyesal karena hanya dengan satu kata kamu menjadi tidak percaya dengan segala ucapanku. Mulut memanglah tajam, aku hanayalah ingin orang lain mengerti posisimu bukan hanya melihat sosokmu yang tegar di depan semua orang dengan gaya yang tidak punya masalah. Aku pun tidak bermaksud orang lain mengasihanimu tapi aku hanya ingin semua orang menyayangimu.
Rasanya ingin menangis dan berteriak kepadamu dengan segala penjelasan tapi apalah daya kamu tidak mengerti maksudku. Memilukan ketika kata “jaga jarak” menjadi alasanmu. Aku hanya ingin rasa beban di hatimu hilang dengan berbagai candaan dari teman-teman. Aku memang salah telah bercerita. Mungkin orang yang telah menceritakan perihalku, ada hal yang salah terucap sehingga kata “Message” menjadi asing bagiku.
Yah istilah tabarukan maroko tercetus ketika salah seorang santri di pengajian mengucapkan kata yang demikian. Maka istilah inipun menjadi istilah yang sangat umum di telinga kita. Tabarukan maroko adalah pengajian yang ada di dalamnya hanya semata mencari keridhan dan keikhlasan saat belajar di dalamnya dan yang terpenting mendapat barokah keilmuan dari pembelajaran.
Maroko yang jauh di ujung benua afrika tak pernah menggoyahkan tekad seorang tholabul ilmi untuk mencapai ke-idrok-an dari ilmu tersebut. Semangat juang yang membara menjadi obor tatkala malas melanda perjuangan kita. Nuansa- nuansa pesantren yang menyebabkan rindu akan Indonesia tercinta
Mungkin terdengar asing di telinga kita, bagaimana bisa kita mengkaji kitab-kitab yang di basiskan oleh pesantren? Bahkan kitab itu di kaji di bulan yang penuh berkah ini yaitu Ramadhan karim. Menjalani rutinitas yang sama sekali terbayangkan di negeri arab terjadi bahkan berlangsung dengan baik walaupun hanya ala kadarnya.
Di penantian akhir bulan ramadhon, saatnya kita menjemput sang lailatul qodar. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan menjadi titik temu untuk siapapun. Semua orang menantikan kedatanganya, ingin menyambutnya bahkan menyapanya dengan berjuta doa dan permohonan ampunan pada Sang Kholiq. Malam menjadikan tumbuh-tumbuhan bertasbih, langit-langit yang indah yang menimbulkan kesejukan bagi siapa yang menemuinya.
Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan seakan-akan menjadi tombak dalam penghujung doa-doa dan pengharapan. Bulan ramadhan yang menjadikan malam yang gelap di penuhi cahaya terang yang terang benderang. Maha besar Allah dengan segala kekuasaanya.
Di malam ke-21, awal penantian telah di mulai. Saatnya bermunajat dengan sang pemilik Kekuasaan. Malam hari yang terasa berbeda dengan biasanya. Udara sejuk, langit seakan-akan membelah dan menampakkan cerahnya, angin yang semillir dingin di temani rintik-rintik hujan yang menambah kesejukanya. Ya Robby, Aku menantikan malammu.
Ternyata menjadi seorang imam dalam jamaah ada ketentuan dan syarat-syarat yang harus di perhatikan. Bukan kita memilih-milih ketika berjamaah tapi ini memang ada sustu pertimbangan karena seorang imamlah yang akan memimpin seorang makmun dalam sholat. Dari segi keilmuan maupun dari segi kepribadianya.
Dalam beberapa kitab referensi, seperti kitab Majmu’, Safinatun Najah, Fathu Qorib telah di sebutkan dan di perincikan secaca khusus dalam bab-babnya. Adapu Syarat-syarat akan di perincikan di sini:
1. Imam harus lebih Faqih dalam keilmuanya maksudnya imam harus mempunyai keilmuan lebih dari makmum-makmumnya. Mengerti tata cara sholat dengan baik dan dari segi keagamaan pula juga harus baik. Dari keilmuan fiqihnya pun harus lebih tau dan berilmu bahkan memahami dari setiap ilmu yang di pelajarinya.
Berhusnudzon? Positive thinking dalam setiap keadaan. Mengambil sisi kebaikan dari permasalahan. Menarik benang merah bahwa kenegativan tidak kan hinggap bahkan hadir alam kehidupan kita.
Bukankah berhusnudzon itu indah? Penat dan beban pikiran tidak akan melanda kita. Rasa benci pun tak akan sesekali hinggap dalam hati. perasaan was-was dan khawatir tidak akan pernah tumbuh karena pada dasarnya kita yang mengatur perasaan itu. Titik kepositifan yang mengubah Dzon itu.
Bukankah sesuatu yang besar itu berasal dari sesuatu yang kecil? Besar adalah kumpulan kepingan-kepingan kecil. Begitupun hal itu berlaku padaseseorang, orang yang besar , awalnya hanyalah seseorang yang kecil yang tiada artinya.
Mungkin kita sering melupakan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Padahal justru hal yang kecil ituu yang akan mempengarui di hari esok. Tapi terkadang kita justru melupakannya dan tidak menghargainya.
Saat kita menginginkan menjadi seorang yang berilmu, maka tidak lupa pula kita menghargai kita kita. Menjadi pendengar yang baik , bukuyang menjadi penyalur untuk ilmu itu hendaklah berusaha memulyakannya. Terus menerus menelaah mempelajarinya. Tidak pernah sesekali mengabaikanya.
Memang tidak ada salah dalam tiap perkataanmu bahkan aku pun tak pantas menyalahkanmu bahkan menyangkal setiap keputusanmu. Menjawab tiap tutur katamu. Menepis apa yang menjadi pendapatmu. Aku punya alasan karena itu, alasan dimana kamu tak akan pernah memahaminya bahkan mengerti setiap posisi dalam hidupku.
Terdengar beribu kata maaf terucap di bibirmu. Terdengar pula tiap janji-janjimu. Mengapa dan mengapa tidak ada tindakan yang bisa kau buktikan untuk hal itu. Telinga ini sampai bosan mendengarnya. Hati ini pun sudah bosan dengan ucapan tanpa ada kejelasan.
Mungkin kita bisa menggambarkan debator itu seperti apa. Lebih-lebih dalam perkataan. Dia mempunyai keindahan berbicara dan bertutur kata. Mampu menguraikan apa-apa yang ada dalam benaknya menjadi perkataan yang bernilai. Dia pun dapat menjadi seorang pembicara yang handal dalam situasi apapun.
Semua orang bisa dalam berbicara tapi tidak semua bisa berbicara pada publik. Mental dan kepercayaan diri sangatlah di butuhkan. Bagi seorang yang telah terbiasa berbicara di depan public munkinlah mudah tapi bagi seseorang yang takut bahkan kaku ketika di public itu adalah hal yang berat untuk di lakukan.
Apakah menjadi debator itu mudah? Tenyata tidak. Kita harus memunyai kreativitas dalam bertutur kata, keluwesan dalam berbicara, dan kemantapan dalam menyanggahnya.
Sudah berapa lama waktu telah berlalu tanpa adanya ilmu yang terpelajari. Haus sudah aku dengan aliran-aliran ilmu itu. Tanpa adanya arah dan tujuan ku duduk sendiri di temani bunyi air yang mengalir. Mengatasi kesunyian yang ada. aku rindu dengan gerimisnya ilmu itu.
Dimanakah engkau berada? Dimanakah engkau mengembara? Apa yang kau cari di sana? Tak taukah ruangan ini telah keriang dengan kalam-kalam indahmu? Tak taukah juga malam-malam ini di lalui tanpa adanya bijaknya sosokmu?
Kata menghargai memanglah tak asing terdengar di telinga kita. Ketika kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar kita pun di kenalkan menghargai teman dan sesama. Menghargai umat beragama dan lebih tepatnya di sebut toleransi.
Kedengaranya kata menghargai adalah kata yang biasa. Tapi pada dasarnya mempunyai pesona keindahan dalam pemaknaannya. Bagaimana tidak? Ketika kita menilai pekerjaan orang lain maka terlebih dulu menghargainya. Ketika berkomentar tentang baik buruknya suatu nilai maka hendaklah belajar menghargai pendapat mereka.
Doa adalah Mukhul Ibadah( utamanya ibadah). Doa bisa di lakukan dengan cara apapun. Dengan kita beristighfar, dzikir bahkan bersholawat pun bisa di kategorikan sebuah doa. Salah satunya adalah sholawat thibbil qulub.
Sholawat Thibbil Qulub adalah sholawat yang di baca ketika kita mendapatkan penyakit, baik itu penyakit hati ataupun badani. Sholawat ini begitu ampuh ketika kita membacakanya. Keampuhan dalam membacanya menjadi salah satu obat tersendiri. Menjadikan beban hati, badan dan pikiran semakin ringan.
Ketika gundah gulana menyerang kita, berdoalah dengan penuh kekhusyuan dan ketawadhuan. Pikiran penat, capek hati dan pikiran, marah, emosi dan segala jenis penyakit hati. karena dalam makna sholawat thibil qulub ini mempunyai arti yang luar biasa. Dalam segi lafaadz maupun maknanya.
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صلي علي سيدنا محمد طب القلوب و دوائها و عافية الابدان و شفائها و نورالابصار وضيائها وقوت الارواح وغدائها و علي اله وصحبه و سلم
“Ya Allah, anugerahkanlah shalawat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yaitu kesucian hati dan penyembuhnya. Kesehatan badan dan kesembuhannya. Cahaya pengelihatan serta sinarnya, penjamin jasmani dan rohani akan kebutuhannya. Anugerahkanlah pula kepada keluarga dan para sahabatnya serta berikanlah pula keselamatan.”
Seberapa besar pengaruh ilmu. Ilmu yang akan selalu menyelimuti dan menjadi penghias bagi siapa yang memiliki ilmu itu. Ilmu yang bisa meredam keburukan dengan membatasinya dengan keilmuanya. Menghiasi kepribadianya dengan keindahan akhlaq yang di milikinya.
Pengaruh ilmu memang berdampak dan membekas bagi siapa yang memilikinya. Seperti yang telah di unkapkan di kitab Ta’lim Muta’lim
Ta’allam fainnal ilma zainun li ahlihi # wa fadhlun wa ‘unwanun likulli mahamidi
Belajarlah karena ilmu karena ilmu akan menjadi penghias bagi sang pemilik ilmu itu.
Semula orang yang hanya biasa-biasa saja ketika diam tapi luar biasa ketika menyalurkan dan membicarakan ilmu. Tidak ada yang special tapi serasa special karena keindahan budinya di sertai ilmu yang ada padanya. Tidak ada yang menarik ketika di pandang tapi jadi memikat karena cahaya ilmu terpancar di wajahnya.
Setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda untuk mngaplikasikan apa yang ada dalam hatinya. Berbeda pula menyikapi cara-cara mereka. Terkadang orang hanya bisa terdiam dan memendam apa yang menjadi beban di hatinya. Ada pula orang yang secara terbuka membuka dan mengungkapkan rasanya lewat kata-kata indah terucap di bibirnya.
Salah satu dari mereka mengisyaratkan hatinya lewat tulisan-tulisan seperti puisi, syair cinta bahkan surat-surat yang tak tersampaikan. Mereka lebih cenderung pendiam dan memendam rasanya. Tidak peduli apakah cinta itu akan di dapatkanya ataupun tidak. Bagi mereka yang terpenting aku mencintai dia walaupun tak bisa memilikinya.
Part One
Awal November perjalanan hidupku di mulai di maroko negri seribu benteng ini. Negri dimana yang akan menjadi tumpuhan-tumpuhan hidup. Menapakkan kaki di bandara Muhammad V hal yang tidak di sangka-sangka. Asa tertanam di sela-sela langkah menu ibu kota Maroko, Rabat. Betapa indahnya negri ini.
Marokoku, tempat pencarian jati diriku yang sesungguhnya. Tempat tinggal baru, Universitas baru, bahkan teman pun baru. mengadaptasikan diri dengan sekitar dan mencoba memahami biy’ah yang terbentuk. Menelusuri setapak demi setapak dan harus membiasakan diri dengan komunitas arab yang sama sekali tak dikenal.
Pengembaraanku tak berujung dan merasa tidak puas dengan pembelajaran yang ada. pikiranku seakan-akan mati di sini bahkan tidak bisa mengembangkan kemampuan analisaku. Sedih tidak ada bekas keilmuan saat belajar dan berkutat dengan buku kuliah. Bukan dunia yang seperti ini yang aku inginkan. Aku ingin dunia yang terdapat berjuta ilmu keilmuan walaupun akhirnya aku hanya bisa satu di antara berjuta itu. Aku ingin kembali ke dunia pesantrenku yang tak pernah henti mengasah otakku berpikir dan berpikir.
Kali ini masalah menghampiriku satu demi satu. Menjadi orang yang tegar bukanlah hal yang mudah. Sungguh sulit menahan emosi semata. Sungguh berat juga menjadi pribadi yang ikhlas dan qonaah bahkan cinta pada apa yang menjadi takdir untuknya. Perih dan menyiksa ketika masalah itu jadi boomerang dalam hidup. La Tahzan aInna Allah ma3i!
Apakah ini diriku yang sebenarnya? Apakah ini sifatku? Pribadiku? Tabiatku? Apakah ini yang sebenarnya? Oh Allah, Apakah memang ini benar?
Ini bukanlah diriku yang selalu menangis dan mengeluh! Ini bukalah diriku yang tidak bisa menahan emosi! Ini bukan diriku yang membohongi diri sendiri! Ini juga bukan diriku yang egois dengan hal yang sepele?
Sahabatku Tercinta Ichie
Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Seorang pasangan yang berasal dari jiwa yang satu, istri berasal dari tulang rusuk sang suami yang menggabungkan antara dua menjadi satu. Menyatukan dua buah keluarga dan cinta menjadi satu raga melangkapi satu dengan yang lain.
Ketika Ia bukan Jodohku? Apa yang kamu rasakan ketika orang yang kamu nanti-nanti menjadi pilihan hatimu ternyata dengan orang lain? Apa rasanya ketika Surat undangan itu di depan matamu? Bagaimana sakitnya? Begitu kecewakan? Sedihkah?
Sebesar apapun kamu mencintainya ketika allah tidak menjodohkan dia untukmu maka tak akan bersama. Walaupun sebesar apapun rintangan menghadangmu tapi ketika allah memilihkan dia untukmu maka itu yang terbaik bagimu. mungkin Allah mempunyai kuasa lain. Dialah yang maha tau mana yang terbaik buatmu dan buatnya.
Tak di sangka ternyata kamu punya pilihan yang tidak terduga-duga. Ba’da maghrib aku berkelut dengan buku dan bahan buat ujian akhirku. Tiba seorang teman menghampiriku dan bercerita perihal kamu. Sungguh begitu memukul. Memang tak ada yang salah dari keputusanmu tapi tak seharusnya pula kau menanyakan perihal pribadi itu di hari-hariku ujian. Pikiranku bercabang saat itu. Buku yang di depanku hanya ku pandangi tanpa ada setitik pikiranku dengannya.
Kenapa harus waktu ini? Aku sedih seakan-akan kamu sendiri tidak menyadari dengan hari-harimu. Janganlah berkata seperti itu jika akhirnya kamu melukai batinku. Apalagi di tambah dengan ucapan kasarmu seakan-akan kamu enggan dengan segala tingkah lakuku. Biarkan aku berkreasi dengan hidupku walaupun toh akhirnya aku tahu itu akan berdampak buruk bagiku.
Sholat adalah salah satu cara ita dekat dengan Allah. Kapan lagi kita mengingatnya tanpa ada nafsu dunia yang mengiringinya. Memang obat paling manjur saat kita di rundu berbagai masalah dunia hanyalah sholat an berdoa. Siapa lagi yang menjadi sandaran kecuali Dia Allah. Rahasia sebesar apapun kita curhatkan kepada Sang pemilik hidup itu tidak akan pernah menyebar bahkan Allah akan menutupinya. Berbeda ketika rahasia kita paparkan kepada sesama makhluk, tidak jarang kita merasa was-was, ragu bahkan takut jika rahasia itu terbuka dan menjadi aib bagi kita.
Manusia di uji coba oleh allah dengan ujian hidup baik itu yang di khususkan di dunia ataupun ujian yang bermaksud dengan akhirat. Ujan dari allah bisa di artikan dengan banyak hal. Yakni ketika kita di rundung dengan berbagai permasalahan hidup, lilitan hutang, kegagalan dalam ujian bahkan susahnya menerima pelajaran pun termasuk ujian. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Tak selamanya orang merasakan kenikmatan dan tak selamanya juga memperoleh kesusahan.
Allah memang Maha adil pada hambanya. Mengetahui apa yang terbaik dan hal terburuk bagi hambanya. Walaupun kita sering merasa yang terbaik menurut kita itu baik tapi terburuk bagi allah dan begitu pula sebaliknya. Seperti di jelaskan dalam Al Quran ( Al Baqoroh: 216).
Terdiam membaca butiran mutiara indah
Mengagumi keindahan tulisanya
Menyelami bagai air di setiap bait-baitnya
Hanyut mengikuti arusnya
Malam di penuhi bintang
Menjadikannya terang benderang
Sang anak adam berkeliaran
Menelusuri di tiap sudut jalan
Entah berapa kata terucap
Entah berapa hitungan terbilang
Berharap ada burung sang pembawa pesan
Mengantarkan rinduku yang tak tersampaikan
Note: “ kekaguman akan seseorang di tengah-tengah rindu akan mahabbahnya”
To: Hamba Allah yang jauh di ufuk timur
El faQir
Aku tidak berharap bakal begini akhir kisahku. Menyedihkan, haru, pilu, sakit, peri, semuanya berkumpul jadi satu. Bagaimana bisa aku mengisyaratkanya? Aku sudah cukup sakit menanggung beban ini. Beban yang menjadikan buih dalam hidupku. Sudahkah kau puas dengan apa saja yang telah engkau perbuat hingga hati ini bagai di robek-robek dengan ribuan pisau tajam? Sudahkah engkau merasa gembira telah menyakiti hatiku yang suci ini dengan irisan-irisan lukamu? Aku sudah lelah, lelah dan lelah.
Sinarnya matahari yang kilau menyinari wajahku
Desir angin berhembus menyilakan hijab suciku
Penungguan itu menemani gurat hatiku
Rel kereta api jadi tatapanku
Sebuah sms datang silih berganti
Menemani penantian tak kunjung pergi
Jarum jam terus meniti
Kapankah si ular besi datang menghampiri?
Desak kerumunan wajah menggeromboli
Sentuhan tangan-tangan kecil berganti
Terlihat keindahan di siang hari
Menyambut niat baik untuk silaturahmi
Kak Ila yang baik hatinya
Doaku. . . .
Doamu. . .
Doanya. . .
Doaku. . .
Ku panjatkan hanya pada-Mu
Ku serahkan hatiku pada cinta-Mu
Ku titipkan diriku pada kesempurnaan-Mu
Engkau hapuskan kesalahanku dengan Ridho-Mu
Engkau hilangkan syirik kecilku akan dunia-Mu
Engkau tauhidkan aqidahku akan Keesaan-Mu
Engkau lapangkan pikiranku akan ilmu-Mu
Sampai kapan kau harus berpura-pura dengan kenyataan yang ada? Sampai kapankah kamu mengingkari khayalan itu dengan kenyataan? Sedikit mengertikah engkau denganku? Apakah hanya sekedar permainan hidup belaka yang sengaja kamu buat?
Permainan yang kau buat berakhir dengan sempurna. Beribu tepuk tangan aku khususkan dengan hebatnya permainanmu. Harusnya tak heran dengan itu! Sadarkah kau hancurkan khayalan-khayalan indahku?
Kelembutan itu ingin aku dapatkan dan rasakan. Tidak hanya dalam mimpi-mimpi indah tapi dengan realita. Hancurkan saja semuanya hingga bekasnya pun tak ada. ratakan saja dunia dengan puing-puing hitam yang kau buat.
Tiba-tiba muncul kemarahan yang menyesak dalam dada ini. Kemarahan akan semua yang terjadi. Rasa tidak bersyukur pun muncul dalam memori-memori kehidupanku. Tidak terima dengan ini dan itu. Seakan-akan cobaan terus menghadangku dan menghalangiku untuk mendapatkan kebahagiaan. Hatiku terus memberontak. Kenapa semua harus terjadi pada diriku ini?
Hari demi hari aku lalui tanpa kebahagiaan yang menyelimuti. Apakah ini hanya sebuah firasat belaka atau memang hati ini tak ingin menerima yang ada? apa ini sebuah cobaan hidup atau hanya permainan dunia saja? Sungguh bagaimana ku hadapi ini semua!
Indah ketika di dengar
Tenang ketika di baca
Tentram ketika di rasa
Ku awali hari dengannya
Ku lakukan tiap kegiatan bersamanya
Ku nikmati dunia dengan keagunganya
Ku alirkan cintaku pada keindahan lafadznya
Setiap orang membacanya
Memujinya
Mengagungkannya
Merasakan kerinduanya
Aku duduk di temani dengan kesepian. Menerobos ruang-ruang waktu yang telah berlalu. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Mataku mengitari tiap sudut-sudut ruang kosong itu. Yah, terlintas memori-memori buruk itu di kepalaku.
Aku tidak tau harus memulai darimana. Aku pun juga tak tau mengisyaratkanya dengan apa. Sosok-sosok jahat melewati tiap keping pikiranku. Aku bukanlah seorang yang menghadapi tiap permasalahan dengan amarah. Aku pun bukan seorang yang suka berdebat tentang sesuatu yang tidak penting yang berujung dalam pertengkaran. Aku tidak suka itu semua.
Terkadang kita tak sadar betapa banyak anugrah yang Sang Kholik berikan pada kita. Terkadang juga kita tak sadar bahwa kenikmatan itu terkufurkan karena perbuatan-perbuatan kita. Dan terkadang kita pun tak sadar bahwa kenikmatan telah di depan mata kita.
Ku telusuri jalan-jalan terjal. Kuhadapi kerikil-keril kecil menghadangku. Ku sapu dengan butir keikhlasan. Ku warnai dengan tiang kesabaran. Ku maknai dengan cobaan. Cukup Allah lah yang menjagaku.
Cukupkanlah cinta kasihmu menjadi penawar rinduku. Cukupkanlah kuasamu menjadi semangat bagiku. Cukupkanlah lathifmu menjadi ujung penguatku. Cukupkanlah ilmumu menjadi asas pemahamanku. Dan cukupkanlah hatiku pada penjagaanmu.
Entah berapa tahun Beliau mengajarku? Entah berapa Beliau mendidikku? Entah berapa banyak ilmu Beliau salurkan padaku? Entah berapa kata-kata bijaksana yang telah menghipnotisku? Dan Entah berapa ratus cerita-cerita berharga yang telah mendorong semangatku? Dan entah berapa ribu kebaikan yang telah Beliau berikan padaku?
Cara mengajari yang membuat hati nurani tergerak untuk belajar. Cara bersikap yang membuat diri ini malu jika berbuat kesalahan. Cara berbicara yang membuat diri ini terbungkam ketika mendengarnya. Semua telah membuatku belajar apa arti dari sebuah kebaikan.
Kenapa harus engkau yang kukenal? Kenapa harus engkau yang kutau? Kenapa harus engkau yang datang? Kenapa harus engkau yang di sana bukan di sini? Kenapa harus engkau yang konyol yang ada? kenapa harus engkau semuanya… Ku pungkiri semuanya yang ada. ku telak apa yang di katakan orang. Ku tangkis tiap ocehan-ocehan orang. Ku sapa ocehan dengan wajah periang bak tak ada guratan kesedihan terpancar. Gurat hati meronta-ronta kenapa harus bertemu dengan sosok kamu. Jantung hati meledak-ledak kenapa hanya ada kamu yang ada.
Adek. . .
Mbak mengenalmu karena Allah telah menjadikan kita saudara. Saudara yang di pertemukan dalam satu keluarga bahagia. Allah juga menjadikan kasih sayang tumbuh mekar indah di antara kita. Kebahagiaan itu akan menjadi indah di tambah dengan buih-buih kasih sayang persaudaraan kita AdekQ. Memang mbak tidak bisa memberikanmu kebahagian bahkan sering menimbulkan pertengkaran di antara kita. Karena pertengkaran itu menimbulkan kerinduan hati akan sosok kecil dan cantik di mataQ.
Nahwu dan shorof? Yah ilmu itu tidak asing di dengar di kalangan pesantren. Tiap sekolah yang bernaungan pesantren tak luput dan tak pernah ketinggalan dengan 2 ilmu tersebut. Kedua ilmu yang berkesinambungan antara satu dengan yang lainya. Bagaikan tangkai dengan daunya yang tidak dapat terpisahkan. Nahwu ialah ilmu yag mempelajari perubahan harokat terkhir dalam suku kata bahasa arab, sedangkan shorof ialah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata dari kata yang satu ke bentuk kata yang lainya.
Di dunia pesantren terdapat berbagai jenis kitab yang bisa di jadikan referensi dalam pembelajaran. Salah satunya adalah jurumiyah dalam kitab nahwu dan amtsilat at tasrifiyah dalam shorof. Bagi seorang pemula kitab ini sangatlah cocok untuk di rincikan dan di perjelaskan. Penjelasanya pun juga tidak rumit jadi lebih terkesan mudah.
Air mata bercucuran dimana-mana
Tak tau sampai kapan berhentinya
Terdiam dalam kesendirian
Terpaku dalam kesedihan
Aku menangis karena-Mu
Aku menangis karena membutuhkan-Mu
Aku menangis karena Engkau Cintaku
Dan aku menangis karena aku adalah hamba-Mu
Hati memang tak bisa berbohong
Hati memang tak bisa mengelak
Hati pun tak bisa di pungkiri
Dan hati juga tak bisa di ingkari
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap orang. Bagaimana tidak? Pepatah mengatakan jika kalian menginginkan dunia maka dengan ilmu, jika kita menginginkan akhirat maka dengan ilmu pula, dan jika kalian menginginkan keduanya(dunia dan akhirat) maka ilmu pun menjadi pilihan.. Ilmu pun secara tidak langsung menjadi kebutuhan insani. Kebutuhan dimana orang rela mencari ilmu itu dengan berbagai upaya. Baik dari segi rohani maupun jasmani. Mencari ilmu pun ada beberapa syarat yang harusnya di lakukan bagi tholabul ilmi. Syarat-syarat tersebut akan terperincikan di dalam pembahasan ini. Kandungan tentang persyaratan itu akan lebih di tegaskan dengan penyataan di ta’lim muta’lim.
Ta’lim Muta’lim kitab dimana ungkapan tersebut terdapat di dalamnya. Ungkapan yang begitu dasyat ketika di baca maupun di dengar. Memang ungkapan itu cenderung singkat tapi luar biasa ketika itu di dalami dan di resapi maknanya. Kata yang menjadi motivasi diri dan mengurainya dengan serpihan-serpihan keikhalasan untuk membentengi diri dari kenegativan. Kata itu menjelma menjadi magnet yang merubah serpihan itu berbentuk segumpal semangat berjuang untuk menggali ilmu setinggi mungkin dan sebanyak ilmu itu di raih.
Yah kata itu aku dapatkan ketika pesantren menjadi pilhan belajarku. Keistiqomahan membaca itu kebaikan demi kebaikan tumbuh di iringi dengan bertambahnya keilmuan yang di peroleh. Bertambahnya kecintaan menjadi tholabul ilmi yang berbudi di sambut dengan keikhlasan tertanam di hati.
Tersimpan seribu kenangan tersimpan di banyumas, leler. Lebih tepatnya di PP At Tauejih Islamiy, aku menyelami dan mendalami ilmuku. Di sanalah aku di kenalkan dunia baru. dunia yang tak pernah aku dapatkan di Surabaya. Terpaan angin lembut itu menyapa wajah ini. Suasana yang menenangkan dan mendamaikan. Sawah terhampar berhektar-hektar terhampar luas. Aku menyelami bagai mimpi belaka.
Cerita itu berawal dari perkenalkan yang tak terbayangkan. Bagaimana tidak, aku berteman dengan musuhku sendiri. Musuh yang membuat kebencian ini membara. Sekarang musuh itu menjelma sebagai sahabat terbaik bahkan bagian dari keluargaku. Berbagai telah aku lewati dengan dia. Yah dia yang berpenampilan tinggi di tambah wajah good looking yang di milikinya.
قال انك لن تستطيع معي صبر
“ Sesungguhnya engkau tidak akan sabar bersamaku”
Tiap potongan ayat itu terdengar dan terlafadz , seketika membuat dada ini sesak. Bagaimana tidak kata itu di berikan sahabat terbaikku waktu itu. Tepat di bawah naungan sholat aku berada dan al quran sebagai saksi. Terbesit dalam benak ini, apa salahku padanya? Apa yang membuat dia bekata seperti ini? Apa aku pernah tidak sabar menghadapinya? Apakah aku mengecewakanya? Masih adakah kesempatan untuk mengulang semuaya? Masih adakah kata maaf ? pertanyaan demi pertanyaan tertumbun dalam benak ini. Diam membisu. Bagai kesepian di tengah keramaian naungan sujudku.
Berkali kali aku menepis pikiranku untuk mengenang angan tentangmu. Aku mencoba untuk tidak pernah memkirkanmu. Dalam benakku, aku berkata, apakah aku mencintaimu itu hal yang salah? Apakah aku mencintaimu itu menyalahi fithrahku? Apakah cintaku ini adalah cinta yang halal bagi-Nya?
Aku mengenalmu karena kebaikanmu, aku mengenalmuu karena budi pekertimu, dan aku mengenalmu karena kesederhanaanmu. Dan aku mengenalmu karena kebaikan agamamu.
Dengan caraku aku menatapmu, Dengan caraku aku memperlakukanmu, Dengan caraku aku merindukanmu dan Dengan caraku Aku mencintaimu Cinta.
Caraku menatapmu membuat aku malu akan diriku. Pandangan yang tak terbesit rasa jahat sekalipun. Sesekali saja aku menatapmu, memandang lekat kelembutan wajahmu. aku menghindari pikiran-pikiran jahat yang memenuhi relung jiwaku. Gurauan tak bermakna aku lontarkan hanya untuk menutupi bahwa aku menyimpan hati. Memang aku hanya perempuan yang tak pernah serius dalam hal apapun, tapi untuk saat ini aku mencintaimu dengan segala kerendahan hatiku.
Cinta itu membinggungkan
Cinta itu menyenangkan
Cinta itu Kepunyaan
Dan Cinta itu menyakitkan
Cinta sesungguhnya itu sperti apa?
Apakah mereka yang slalu mengumbar kata-kata cinta?
Atau mereka yang mewujudkan cintanya dengan tindakan?
Ataukah mereka yang mengikat cintany dengan sebuah akad yang indah?
Cinta....
Cinta...
Dan Cinta,,,,,
Kasih Sayangmu
Abah Yai
Entah beribu banyak kebaikan
Yang telah engkau curahkan
Entah beribu banyak kasih
Yang telah engkau beri
Harus dengan apa aku mengembalikanya?
Harus dengan apa aku menggantinya?
Semuanya telah engkau Berikan Abah..
Semuanya telah engkau kasihkan…
Specially For Ustad Muthi’ullah
Ucaan itu selalu terbayang di benakku
Ucapan yang menyakitkan
Ucapan yang membuat hati ini membara
Dan ucapan yang cercaan belaka
Ucapan itu yang membuat aku bangkit
Membuat aku marah
Membuat aku tak terima
Dan membuat aku selalu ingin menangis
Aku ingin menangis saat ustad selalu membanding-bandingkan aku. kemampuanku selalu di samakan dengan orang yang jauh kemampuanya dari aku. aku ingin menangis, meronta , tapi apalah dayaku. Aku hanya murid yang diam dan diam. Setiap ucapan ustad itu adalah cambuk bagiku ntuk maju dan maju. Ustad adalah motivasiku, inspirasiku, dan teladanku. Mungkin memang bagi ustad itu adlah ucapan yang biasa tapi bagiku itu luar biasa. Ucapan itu selalu menyugesti aku hingga saat ini. Aku ingin membuktikan kepada ustad bahwa aku bisa, walaupun dengan kemampuan yang sangatlah minim. Syukur yang aku ucapkan kepadamu ustad. Ustad kebanggaanku dan teladanku. Melalui ustad AKU BISA. Terima kasih ustad Muthi’. Semoga allah selalu melindungi engkau dimanapun ustad berada. AMIINN,,,
El FaQir
Tyka
Amanatul Ummah ialah tempat dimana persahabatan itu ada. Persahabatan itu tumbuh menjadi sebuah keluarga. Keluarga dimana kita adalah satu, jika satu sakit maka semuanya pun akan merasakan sakit itu. Di sini kita menangis, tertawa, bercanda, suka , duka, senang maupun sedih. Dan di sinilah aku menemukan teman-teman terbaik sekalipun sahabat-sahabat terbaik.
RivalQ : Anggren: aku mengenalnya ketika aku duduk di bangku MA. Aku pun tak tau ternyata ialah yang menjadi saingan terberatQ waktu itu. Dia anak yang cerdas, pintar, dan suka berorganisasi. Aku mengenalnya sebagai pribadi yang keras kepala tapi di dalam hatiny tersimpan sejuta kelembutan. Tangisannya yang selalu aku ingat samapai sekarang. Menangis karena keluhan2nya dan masalah2nya. Dia pribadi yag setia kawan, ceria, dan selalu ingin jadi yang terbaik. Dia pribadi yang selalu mewujudkan impian2any untuk selalu jadi kenyataan. Aku belajar dari sosok dia yang tidak patah semangat walaupun nyatanya aku tak rela ketika dia mengalahkanku. Tapi I LIKE THAT. Terima kasih Sahabat n RivalQ.