Tyka Manis

Aku memang tak pantas mengabaikan kepercayaanmu padaku begitu saja. Aku salah yang terlalu banyak berucap dan bertingkah. Bukanlah hal mudah memang kamu membuka beban hatimu pada orang lain tapi kenapa aku meremahkan semua itu? Maafkan aku yang terlalu banyak menuntut dengan beribu banyak pertanyaan terucap.
Menyesal karena hanya dengan satu kata kamu menjadi tidak percaya dengan segala ucapanku. Mulut memanglah tajam, aku hanayalah ingin orang lain mengerti posisimu bukan hanya melihat sosokmu yang tegar di depan semua orang dengan gaya yang tidak punya masalah. Aku pun tidak bermaksud orang lain mengasihanimu tapi aku hanya ingin semua orang menyayangimu.
Rasanya ingin menangis dan berteriak kepadamu dengan segala penjelasan tapi apalah daya kamu tidak mengerti maksudku. Memilukan ketika kata “jaga jarak” menjadi alasanmu. Aku hanya ingin rasa beban di hatimu hilang dengan berbagai candaan dari teman-teman. Aku memang salah telah bercerita. Mungkin orang yang telah menceritakan perihalku, ada hal yang salah terucap sehingga kata “Message” menjadi asing bagiku.
Label: 0 komentar | | edit post
Tyka Manis

Yah istilah tabarukan maroko tercetus ketika salah seorang santri di pengajian mengucapkan kata yang demikian. Maka istilah inipun menjadi istilah yang sangat umum di telinga kita. Tabarukan maroko adalah pengajian yang ada di dalamnya hanya semata mencari keridhan dan keikhlasan saat belajar di dalamnya dan yang terpenting mendapat barokah keilmuan dari pembelajaran.
Maroko yang jauh di ujung benua afrika tak pernah menggoyahkan tekad seorang tholabul ilmi untuk mencapai ke-idrok-an dari ilmu tersebut. Semangat juang yang membara menjadi obor tatkala malas melanda perjuangan kita. Nuansa- nuansa pesantren yang menyebabkan rindu akan Indonesia tercinta
Mungkin terdengar asing di telinga kita, bagaimana bisa kita mengkaji kitab-kitab yang di basiskan oleh pesantren? Bahkan kitab itu di kaji di bulan yang penuh berkah ini yaitu Ramadhan karim. Menjalani rutinitas yang sama sekali terbayangkan di negeri arab terjadi bahkan berlangsung dengan baik walaupun hanya ala kadarnya.
Tyka Manis
Di penantian akhir bulan ramadhon, saatnya kita menjemput sang lailatul qodar. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan menjadi titik temu untuk siapapun. Semua orang menantikan kedatanganya, ingin menyambutnya bahkan menyapanya dengan berjuta doa dan permohonan ampunan pada Sang Kholiq. Malam menjadikan tumbuh-tumbuhan bertasbih, langit-langit yang indah yang menimbulkan kesejukan bagi siapa yang menemuinya.
Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan seakan-akan menjadi tombak dalam penghujung doa-doa dan pengharapan. Bulan ramadhan yang menjadikan malam yang gelap di penuhi cahaya terang yang terang benderang. Maha besar Allah dengan segala kekuasaanya.
Di malam ke-21, awal penantian telah di mulai. Saatnya bermunajat dengan sang pemilik Kekuasaan. Malam hari yang terasa berbeda dengan biasanya. Udara sejuk, langit seakan-akan membelah dan menampakkan cerahnya, angin yang semillir dingin di temani rintik-rintik hujan yang menambah kesejukanya. Ya Robby, Aku menantikan malammu.
Label: 0 komentar | | edit post
Tyka Manis
Ternyata menjadi seorang imam dalam jamaah ada ketentuan dan syarat-syarat yang harus di perhatikan. Bukan kita memilih-milih ketika berjamaah tapi ini memang ada sustu pertimbangan karena seorang imamlah yang akan memimpin seorang makmun dalam sholat. Dari segi keilmuan maupun dari segi kepribadianya.
Dalam beberapa kitab referensi, seperti kitab Majmu’, Safinatun Najah, Fathu Qorib telah di sebutkan dan di perincikan secaca khusus dalam bab-babnya. Adapu Syarat-syarat akan di perincikan di sini:
1.       Imam harus lebih Faqih dalam keilmuanya maksudnya imam harus mempunyai keilmuan lebih dari makmum-makmumnya. Mengerti tata cara sholat dengan baik dan dari segi keagamaan pula juga harus baik. Dari keilmuan fiqihnya pun harus lebih tau dan berilmu bahkan memahami dari setiap ilmu yang di pelajarinya.