Tyka Manis


Pertanyaan itu menyelimuti kegundahan hatiku saat ini. Tidak tau sampai kapan pertanyaan itu berhenti dalam benakku. menerobos ruang-ruang kosong kefanaan hidup yang kian hari semakin menyata. Pahit dan manis telah menyatu di kalbuku dan menusuk sendi-sendi tulangku. Apakah memang ini harus tetap terjadi?
Tidak ada yang patut di salahkan saat hati telah bicara. Hati kecil ingin berkata tidak tapi tindakan tidak pernah bisa mengiringinya. Aku pun tau banyak noktah-noktah hitam yang telah mendarah di tubuhku. Semua itu ingin ku tampik tapi hanya hatikulah yang sanggup menampiknya bukan diriku yang nyata ini.
Menyakiti itu memang mudah tapi mencoba untuk memperbaikinya itu hal yang susah. Tersakiti aku pun takut merasakanya. Hakikatnya aku tidak ingin menyakiti tapi aku pun terus melakukanya berulang kali tanpa pernah merasakan apa yang orang lain rasakan. Apa ini ketidak sekawanan dalam berteman, aku ragu memaknainya.


Aku sadar memang ini kesalahan yag fatal. Niat hati memang tak ingin menyakiti siapapun tapi aku binggung. Terlalu banyak kata “ tapi” dalam hidupku. Selalu ada alasan ketika tindakanku di salahkan. Hatiku menangis tapi jasmaniku tak menangis seakan-akan tertawa dengan kelakuanku yang menyakiti orang lain.
Aku sudah berusaha untuk mengerti dan menghindari segala kemungkinana yang akan terjadi. Aku pun selalu mencoba untuk berdiam diri. Apakah ini sebuah kesalahan? Apakah ini suatu tindak kriminalitas hati ang tak layak untuk di terawang oleh ruang dan waktu? Sungguh berikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan konyolku ini. . .
Kata maafku memang  tak layak tertulis pada kertas putih ini. Kata maafku juga tak seharusnya ku kuucapakan hari ini atau hari esok. Kata maafku juga tak bisa memgembalikan yang telah terjadi. Kata maafku tak mampu mengisyaratkan seberapa tulusnya aku hatiku. Lidahku seakan mengelu, membeku tanpa ada perkataan apapun.
Maafkan aku yang telah menyakitinya. Diriku tak bermaksud tapi aku pun tak bisa menghindarinya. Ketika menjabat tanganmu aku ingin luntur dosa-dosaku karena telah berani menyentuh hatimu yang lembut itu. Maafkan yang telah berkata dusta saat sebuah pertanyaan terlontar dan ingin menamparku itu.
NB: Sampaikan lewat jabatan tangan kakakku yang ku sayang
Hari ini, esok dan seterusnya. . . , , ,
El FaQir

Nduk

Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar