Tyka Manis

Tersimpan seribu kenangan tersimpan di banyumas, leler. Lebih tepatnya di PP At Tauejih Islamiy, aku menyelami dan mendalami ilmuku. Di sanalah aku di kenalkan dunia baru. dunia yang tak pernah aku dapatkan di Surabaya. Terpaan angin lembut itu menyapa wajah ini. Suasana yang menenangkan dan mendamaikan. Sawah terhampar berhektar-hektar terhampar luas. Aku menyelami bagai mimpi belaka.

Cerita itu berawal dari perkenalkan yang tak terbayangkan. Bagaimana tidak, aku berteman dengan musuhku sendiri. Musuh yang membuat kebencian ini membara. Sekarang musuh itu menjelma sebagai sahabat terbaik bahkan bagian dari keluargaku. Berbagai telah aku lewati dengan dia. Yah dia yang berpenampilan tinggi di tambah wajah good looking yang di milikinya.
Liburan pesantren pun tiba. Dia mengajakku bertandang ke rumahnya. Bermodal ongkos kereta ekonomi, aku mengiyakan ajakanya. Sesampainya di leler, semua terasa begitu indah. Sambutan hangatpun aku dapatkan di sana. Ibu Tsumanah Hisyam yang ramah dan berwibawa itu menyambut tamunya dengan sangat sempurna. Aku merasa lega. Ternyata keluargamu begitu mengayomi. Pertanyaan dari beliau tentang keakrabanku dengan ro2 pun di ceritakan. Yah memang, mbak ro2 sering menceritakan perihalku kepada ibunya. Aku jadi malu karena menceritakan perihal prmusuhanku dan saingannya di kelas. Memang aku tidak mau kalah dalam berdebat pelajaran terlebih khusus masalah nahwu. Ihhh… (kangen jadinya berantem dengan kamu).
Aku menemukan kebahagiaan. Aku juga melatih keistiqomahan di sana. Istiqomah dalam hal sholat berjamaah, membaca al quran, pengajian rutin, dan wejangan-wejangan yang terucap dari beliau. Ba’da maghrib gemuruh bacaaan quran terdengar di berbagai penjuru. Tartil bacaan al quran di serentakkan dengan berbagai suara. Aku yang hanya bisa membaca al quran merasa malu dengan sekelilngku. Setiap hari pengajian rutin santri pun di laksanakan di ndalem beliau. Tegas, berwibawa dengan gurauan-gurauan kecil di sela pelajaran membuat santri tak jenuh dengan kitab.
Sekilas kasat mataku, aku kembali menemukan hal yang membuat terkagum-kagum. Temanku ro2 itu yang kebetulan ning, dia mempunyai pondok yang notabene santrinya di kenalkan dengan pembimbingan akhlaq yang kuat. akhlaq ketika mereka belajar, akhlaq ketika mereka berkata-kata dan akhlaq ketika dengan lingkungannya. Ketika mereka berhadapan dengan seorang pengajar, sikap takdzim dan tawadhu terpancar dari tingkah dan ucapanya. Ketika mereka belajar, tampak wajah mereka yang tertunduk akan cara mereka ikrom dengan kitab dan mu’allim. Yah semua aku temuka di PP At Taujieh.
Kali kedua aku bertandang ke banyumas. Keakraban dan rasa kekeluargaan kami pun semakin dekat. di sini bagaikan keluarga keduaku. Setiap melihat sosok beliau seakan melihat sosok ibuku sendiri. Ibuku yang amat aku cintai. Beliau seperti mengganggap aku adalah bagian dari keluarganya. Sunggu suatu kebahgiaan bisa di cintai orang lain.ibu tsumanah hisyam kebaikanmu layaknya ibuQ sendiri.
Entah sudah berapa kali aku bertandang ke rumahnya. Entah berapa banyak kebaikan itu terlimpahkan padaku di tengah keluarganya. Entah kapan aku bisa membalas beribu-ribu kebaikanya.  Yah aku hanya bisa berdoa semoga suatu saaat nanti aku bisa membalasnya.
Kini banyumas, leler hanya angan bagiku. Bagaimana tidak? Dalam kurun waktu 3 tahun aku menuntut ilmu di negri orang. Dalam kurun waktu itu, aku pun tidak tahu bagaimana leler itu. Yah aku hanya bisa mendengar dari orang-orang. Suatu saat nanti aku akan kembali membawa kabar bahwa sebagian ilmuku aku dapat dan aku pelajari dari sini terutama ketawadhu’an.

El FaQir

Tyka
Label: | edit post
1 Response

Posting Komentar