Tyka Manis
Tak di sangka ternyata kamu punya pilihan yang tidak terduga-duga. Ba’da maghrib aku berkelut dengan buku dan bahan buat ujian akhirku. Tiba seorang teman menghampiriku dan bercerita perihal kamu. Sungguh begitu memukul. Memang tak ada yang salah dari keputusanmu tapi tak seharusnya pula kau menanyakan perihal pribadi itu di hari-hariku ujian. Pikiranku bercabang saat itu. Buku yang di depanku hanya ku pandangi tanpa ada setitik pikiranku dengannya.
Kenapa harus waktu ini? Aku sedih seakan-akan kamu sendiri tidak menyadari dengan hari-harimu. Janganlah berkata seperti itu jika akhirnya kamu melukai batinku. Apalagi di tambah dengan ucapan kasarmu seakan-akan kamu enggan dengan segala tingkah lakuku. Biarkan aku berkreasi dengan hidupku walaupun toh akhirnya aku tahu itu akan berdampak buruk bagiku.

Aku menyesal harus mengetahui ucapanmu. Jika waktu bisa berputar, aku lebih ingin temanku tidak menunjukkan itu padaku tapi sayangnya aku terlanjur tahu semuanya. Lebih baik aku tidak pernah tahu dari awal daripada akhirnya aku menahan amarahku dan memendamnya dalam-dalam. Aku ingin mengubur rasa sakitku saat ini. Huft. . . .
Bukan wacana publik bukan? Bukan juga hal yang umum kan? Bukan juga bahan konsumsi orang-orang kan? Ini hal yang pribadi dan mungkin sangat sensitive bagi aku yang mendengarnya. Jika memang kamu ingin menanyakan pertanyaan ataukah permintaan yang sekiranya pribadi dan harus di tutup, bertanyalah pada orang yang benar yang sekiranya dia tak akan menyebarkan itu pada orang lain.
Aku tertampar jika kamu jadi konsumsi orang-orang. Memang pada dasarnya aku merasa kecewa dengan apa yang terjadi tapi aku tak dapat memungkiri pembelaanku berontak dengan ocehan-ocehan dan tawaan-tawaan itu. Aku berusaha menerima segala keputusan terpahit yang terjadi. Mungkn saat ini hanya seulas senyuman terukir di wajahku tdak tau apakan senyuman tetap ada sampai akhir ataukah hanya menyisahkan tetesan air mata bertubi-tubi jatuh!
Aku menghargai tindak lanjutmu dan aku menerima jika itu adalah baik bagimu. Tidak ada hak sedikitput aku turut bercampur dengan urusanmu. Pergilah sejauh mungkin! Biarlah aku tak pernah bertemu bahkan memandang wajahmu lagi saat ini! Biarkan waktu itu menjadi obat terbaikku. Good Bye. . .
Note: Terperosok pada masalah yang membelenggu dan tidak tahu bagaimana mengatasinya

El FaQir

Tyka
Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar