Tyka Manis

Part One
Awal November perjalanan hidupku di mulai di maroko negri seribu benteng ini. Negri dimana yang akan menjadi tumpuhan-tumpuhan hidup. Menapakkan kaki di bandara Muhammad V  hal yang tidak di sangka-sangka. Asa tertanam di sela-sela langkah menu ibu kota Maroko, Rabat. Betapa indahnya negri ini.
Marokoku, tempat pencarian jati diriku yang sesungguhnya. Tempat tinggal baru, Universitas baru, bahkan teman pun baru. mengadaptasikan diri dengan sekitar dan mencoba memahami biy’ah yang terbentuk. Menelusuri setapak demi setapak dan harus membiasakan diri dengan komunitas arab yang sama sekali tak dikenal.
Pengembaraanku tak berujung dan merasa tidak puas dengan pembelajaran yang ada. pikiranku seakan-akan mati di sini bahkan tidak bisa mengembangkan kemampuan analisaku. Sedih tidak ada bekas keilmuan saat belajar dan berkutat dengan buku kuliah. Bukan dunia yang seperti ini yang aku inginkan. Aku ingin dunia yang terdapat berjuta ilmu keilmuan walaupun akhirnya aku hanya bisa satu di antara berjuta itu. Aku ingin kembali ke dunia pesantrenku yang tak pernah henti mengasah otakku berpikir dan berpikir.

Di tengah-tengah aku belajar, kabar datang bahwa akan ada mahasiswa baru pertukaran pelajar di maroko yang akan bertempat di universitasku dalam kurun satu tahun. Dan. paling mengesankan lagi mereka semua berbasis salaf. Betapa senangnya waktu itu. Berharap mereka bisa membantuku dan mengisi kekosongan pikiranku saat kuliah. Saling bertukar ilmu dan pendapat. Harapan yang tinggi.
Ternyata apa yang terjadi lebih baik dari apa yang aku bayangkan. Adanya mereka menjadi pupuk dalam ilmuku. Inilah yang aku dambakan saat ini. Pengajaran berbasis pesantren. Kerinduan ini terobati dengan kedatangan kalian. Pemaknaan kitab dan pemahaman yang tinggi mulai berjalan. Sedikit demi sedikit otakku pula berkembang, tidak terpaku dengan satu ilmu yang pasif tapi karena mereka pengembangan itu berhasil.
Pesantrenku ialah Rumahku. benar-benar serasa di pesantren. Kerinduan dengan Indonesia terobati dengan adanya mereka. Pengajian bandongan dan kitab kuning yang terprogram menjadikan aku belajar dan belajar. Diba’iya dan pembacaan sholawat nabi di selenggarakan layaknya rumah berubah pesantren. Suasana asri selalu terjadi di antara kita. Kebebasan tapi ada pula batasan menjadi pedoman di antara kita.
Rasa syukur itu terus mengalir bagai arus air terjun. Memanglah allah lah Sang Perencana terbaik. Di saat kesusahan melanda datanglah kalian yang membuat sulit menjadi mudah. Kesepian menjadi indahnya kebersamaan. Terima kasih teman-temanku.
Pagi siang dan malam di penuhi dengan bersama-sama. baik dalam canda dan tawa ataupun kesedihan, sharing. Tapi aku pun tak akan pernah bosan melewati waktu-waktu itu asal dengan kalian. Ragaku pun tak akan pernah lelah letih untuk menimba ilmu bersama kalian. Seulas senyum akan senantiasa tersimpul. Tawa canda yang mengiringi tiap kegundahan hati. pengobat kesedihan saat datang menghampiri. Pewarna-warni hidupku di sela-sela perantauanku.
Sayangnya aku hanya mendapatkan dan memetik keilmuan hanya kurun satu tahun saja. Itu waktu yang begitu singkat untuk pertemuan dan berakhir dengan pahitnya perpisahan. Kenapa hanya setahun kalian berada di negri yang jauh ini? Sedih rasanya ketika akhirnya aku akan mengalami perpisahan dengan kalian di tambah lagi perpisahan keilmuan yang tak akan ku dapatkan lagi di negri ini seperti kalian.
Beribu terima kasih tak akan cukup untuk membayar kebaikan kalian. Diriku merasakan manisnya beteman karena kalian. Indahnya persahabatan dan kebersamaan. Semoga allah membalas kebaikan kalian. Cintaku tumbuh bersama kalian. J
Note: Rumahku Surga Keilmuanku
Special untuk Kalian di hari-hariku ujian: Sahabatku Nia Meylia chantolan, Nyai Ronggeng Mabruroh, Mpok Laila Mufarohah, Bu RT Kumala Sari, Nyi Blorong Aziemah, Nur Fitriani.
Temen-teman ikhwan yang budi hatinya: Ustad Nuris Zain, Profesor Muhammad Iqbal, Gus Abdul Aziz, Pak Dhe Dimiyati, Pak RT Irvan, Mbah Dikin, Engkong Tree Purwanto, Pak lek Adex, Doctor Mujmal, Gus Hanan, Mbah mi’ad, Menko Kesra Tamam, Jeng Tiara, Jeng Vithroh, Syeikh Podolinu, Pinokio Zhef, Merauke Habib, Buyut Vaiz, Encang Samo Bae.



El FaQir

Tyka( With Love)
Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar